Peningkatan Cadangan Migas RI 2017 Tak Capai Target

Capaian peningkatan cadangan Migas (minyak dan gas) bumi Indonesia sepanjang tahun 2017 mencapai 55,33%, atau 92,2% dari target 60%.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan, realisasi peningkatan cadangan migas sepanjang 2017 tersebut tak mencapai target.

“Artinya capaian 2017 itu hanya 92,2%. Jadi 92,2% dari target 2017 sebesar 60%, realisasinya cuma 55,3%,” ujar Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, di Wisma Mulia, Jakarta, Jumat (5/1/2017).

Realisasi ini berbanding terbalik dengan produksi dan lifting migas sepanjang 2017 yang kembali berhasil melampaui target dari yang telah ditetapkan dalam APBN Perubahan.

Sepanjang tahun 2017, rata-rata produksi minyak sebesar 801.400 MBOPD (99,7% dari target) 7,62 juta MMSCFD (102,4% dari target).

“Untuk minyak realisasi produksinya 801,4 ribu dari targetnya 803,9 ribu. Ini bagus karena lebih tinggi dari realisasi 2016,” ucap Amien.

Sedangkan untuk lifting minyak dan gas bumi, capaiannya sebesar 1,944 juta barel ekuivalen minyak per hari atau sekitar 98,9% dari target APBN-P yang sebesar 1,965 juta barel ekuivalen minyak per hari.

Rinciannya, lifting minyak bumi sebesar 803,8 ribu barel per hari atau 98,6% dari target sebesar 815 ribu barel per hari. Sedangkan realisasi lifting gas bumi sebesar 6.386 juta standar kaki kubik per hari atau 99,2% dari target yang sebesar 6.440 juta standar kaki kubik per hari.

“Kami berusaha seoptimal mungkin untuk menekan penurunan produksi aiamiah dengan percepatan penyeiesaian proyek dan mendorong kegiatan yang menjaga tingkat produksi,” ucapnya.

Pada 2017, terdapat 14 proyek yang mulai berproduksi dengan tambahan sebesar 3.800 barel per hari dan 587 juta kaki kubik per hari hingga 31 Desember 2017. Puncak produksi dari ke 14 proyek tersebut mencapai 21.280 barel minyak per hari dan 1.194 juta kaki kubik per hari.

Realisasi investasi tahun 2017 sebesar US$ 9,33 miliar dari kesepakatan dalam WP&B yang sebesar US$ 12,29 miliar. Dari jumlah tersebut, investasi untuk blok eksplorasi hanya sebesar US$ 180 juta, sebesar US$ 9,15 miliar untuk blok eksploitasi.

Sementara itu, pengembaiian biaya operasi (cost recovery) sebesar US$113 miliar atau 106% dari target APBN-P 2017 sebesar US$10,7 miliiar (unaudited). Alokasi biaya terbesar cost recovery untuk mendukung aktivitas operasi sebesar 47% dan depresiasi sebesar 29%.
(eds/ang)

Leave a Comment

Your email address will not be published.